Terkadang,banyak manusia yang kurang menghargai masalah nama,khususnya orang tua.Gue pernah punya teman yang namanya tuh singkat banget,Lisan,mungkin waktu ngasih nama,orang tuanya mau si Lisan ini jago ngomong,atau seenggaknya jadi wakil rakyat gitu,meskipun gak jelas apa hubungannya.
Masalah nama juga,gue pernah punya pengalaman pahit,semua bermula ketika awal-awal semester satu gue.Waktu itu pas mata kuliah agama pukul 10 pagi,dan sialnya hari itu hari jumat,dimana pas malam harinya ada acara Sexophone,jadi gue telat.Di bayangan gue,seorang guru agama adalah ia yang berwajah tenang,menyejukkan,dengan uban beruraian,jadi gue tinggal nyiapin alasan yang logis,kaya misalkan ;
"maaf pak saya terlambat,semalam saya yasinan semalam suntuk sekalian nonton Sexophone",kalau nggak...
"maaf pak saya terlambat,tadi di jalan banjir setinggi 20 milimeter dan beradius 30 sentimeter (baca : becekan),jadi saya harus putar balik",dan yang lainnya...
"Assalmualaikum pak,maaf saya telat,tadi niatnya saya mau nunggu khutbah jum'at dulu",
Tapi gue gagalkan,karena pas masuk kelas,semua bayangan gue tentang dosen agama berubah drastis,dia ini seorang pria yang keliatannya
un-kind dengan yang berani macam-macam dengannya