Senin, 25 Februari 2013

In Trouble With Sit Rice

Kenapa dalam bahasa Inggris,waktu makan memiliki maknanya masing-masing,breakfast untuk sarapan,lunch sama dengan makan siang dan dinner yang artinya makan malam,agak berbeda dengan Indonesia!? Gue gak tau secara pasti sih,tapi menurut kesimpulan Prof. Dr. Adjie Izkard SH SE St12,penyebabnya karena sebagian besar orang Indonesia waktu makannya gak teratur,terlebih lagi mereka yang jomblo dan gak punya siapa-siapa yang diharapkan untuk mengucapkan selamat makan dan selamat tidur,sehingga waktu tidur di malam hari terkadang dimanfaatkan untuk makan.Gue gak bermaksud nge-judge sembarangan,tapi karena itu adalah kehidupan gue men.

Oh iya ngomong-ngomong masalah makanan atau waktu makan atau apalah yang berhubungan dengan sesuatu yang masuk ke dalam perut,gue punya masalah gara-gara makanan,yang dalam bahasa inggrisnya disebut Sit Rice,atau dalam bahasa nasionalnya disebut Nasi (d)Uduk (Oke,maksain!).

Kurang lebih seperti ini kejadiannya...


Waktu itu seinget gue hari rabu,kejadiannya tepat sebelum maghrib,dimana Mang Ubay marbot masjid di daerah perumahan tempat gue tinggal,sedang sibuk-sibuknya menyiapkan keperluan buat jamaah nanti.Tapi kejadiannya waktu itu di sekolah gue,dan gak ada hubungannya sama sekali dengan Mang Ubay.Sebagai salah satu anggota organisasi ternama di SMA,mengikuti rapat rutin dengan para pengurus organisasi merupakan sebuah hal yang harus gue lakukan,ya sebagai orang yang bertanggung jawab,pasti di lakukan.Tapi jujur,gue agak kurang bertanggung jawab,jadi ya tergantung mood mau ikut rapat apa nggak.Kalo perasaan gue lagi gak enak,tinggal bilang ke si Shenna ketua Osis gue,

”Shen,sorry ya gue balik duluan,kucing gue muntah-muntah,sampe sekarang kita gak tau siapa yang memperlakukan dia kaya gitu”,atau ide lainnya,

”Shen,gue lupa belom bayar listrik! Kalo telat,bisa-bisa kucing gue hamil lagi!”, dan yang terampuh…

(megangin perut dengan salah satu tangan),”Duuuh,perih banget perut gue,kalo ikutan rapat maag gue sering kambuh,gue izin cabut ya,Shen”.(P.S. : don’t try this at home,school only).

Rapat hari itu terbilang agak alot,karena diantara kita masih belum ada yang berhasil ngasih solusi,seinget gue rapatnya tentang mengadakan sebuah pentas seni,seperti rapat pada umumnya,banyak opini tak berpenghuni,maksud gue disini,banyak yang ngasih saran tapi sulit mempertanggungjawabkan.Ditengah keheningan kita sore itu,gue sebagai orang dengan inisiatif tinggi (dan idiotic tinggi),mengajukan saran…

”Eh gimana kalo kitaaa…nyari makaaan!!”.

“Oke,itu terakhir kalinya lu ngasih saran Jie,ada yang lain?”,lanjut si Shenna.

Rencana gue untuk menertibkan tawuran telah gagal,tawuran yang sejak beberapa jam yang lalu terjadi di perut gue,apa yang harus kulakukan!? Bukan Adjie namanya kalo gak punya rencana cadangan,karena gue terlalu sering dicadangkan,yah you know lah.Rencana gue yang selanjutnya,membentuk Aliansi.Ya,Aliansi dari orang-orang yang ingin menghentikan pemberontakan yang dilakukan HCl di dalam lambung mereka (baca : kelaperan).Gue perhatikan sekeliling,gotcha! Terlihat dua orang yang kelihatannya memiliki perasaan gak jauh berbeda.

Perlahan tapi gak pasti,gue coba mendekat kearah mereka dan menghasut keduanya…I got it,mereka akhirnya mau,inilah saatnya gue menjalankan rencana…

“Wah udah mau adzan nih,siap-siap solat dulu yuk,gue duluan ye,ada yang mau ikut lagi gak? Lu gimana Dan,Dit?”

Dua orang yang tadi udah gue hasut adalah Danu dan Adit,oke rencana keluar ruangan rapat pun sukses.Biar gak terlalu mencurigakan,kita ke masjid dulu,padahal waktu solat masih setengah jam lebih,dari situ gue mulai kembali rencana licik,khukhukhu *devil laugh*.

“Wah masih setengah jam lagi nih adzannya,gue mau makan dulu ya,takut gak khusyuk nih solatnya”,

“Hmm..iya juga sih,gue ikut deh,lu gimana Dit?”,Tanya Danu.

“Gue ngapain sendirian disini,Mas Tris juga belom dateng”, Mas Tris adalah marbot di masjid sekolah gue.

“Oke,ayo buruan”,

Jam Operasional kantin di sekolah gue Cuma sampe abis istirahat aja,itu juga kalo sepi,kalo rame ya gak kebagian apa-apa deh,gue pun memutuskan buat nyari makan diluar lingkungan sekolah.

“Oh iya,seinget gue di seberang ada tukang nasi uduk deh,itu top abis”, Danu menyarankan.

“Wah boleh juga tuh,recommended gak,Dan?”,Tanya gue penasaran.

“Pasti.”,jawabnya mantap.

Gue melihat sebuah keyakinan dalam perkataan Danu,entah kenapa waktu itu gue percaya,karena biasanya,hal yang Danu yakinkan selalu diakhiri dengan bagus karena faktor keberuntungan,mungkin instingnya melebihi hewan. Tetapi sore itu mungkin memang keberuntungan gue juga,nasi uduknya enak banget,beda sama nasi-nasi lainnya (iya juga sih).

Setelah selesai,kita pun balik ke sekolah dengan perasaan kenyang membahana.Tapi kami bertiga benar-benar solat untuk menghilangkan kecurigaan sebelum kembali ke ruang rapat. Sesampainya di ruang rapat…

“Lama amat lu pada solatnya?”,

“Iya lah,kan soalnya rame mesjidnya terus ju~…”,

“Tadi makan nasi uduk dulu,enak abis lu Shen,harus nyoba lu”,

Belum selesai gue menjelaskan,Adit langsung menyambar dengan penjelasan kejujurannya yang saat itu menjadi malapetaka buat gue.Ini juga mungkin karena kesalahan gue,tadi gue cuma bilang ke mereka Danu dan Adit,

”Eh kita izin solat dulu yuk,jangan sendiri-sendiri,jamaah biar dapet pahala banyak”.

“Nah,lu bertiga…Turun sekarang!”,

Tanpa basa-basi,wakil ketua osis gue Yuli,langsung melancarkan ultimatumnya ke kami.Dia adalah sosok cewe yang mungkin kekuatannya setengah dari Hulk,entah kenapa gue merasa ada jiwa jiwa *akuma dalam dirinya.

(Note : ‘Turun’ adalah istilah di osis SMA gue yang artinya push-up).
(*bahasa Jepang yang dalam bahasa Arabnya syaithon)

Sungguh waktu berjalan cepat,padahal setengah jam yang lalu gue sedang tertawa bahagia hingga mengeluarkan air mata yang mampu membanjiri Jakarta dan sekitarnya,tapi sekarang,gue harus menahan pegel di tangan,push-up dalam jumlah banyak dengan memikul beban nasi uduk di dalam perut yang masih utuh,it’s all because of you Nasi Uduk. Pada akhirnya gue mendapatkan pelajaran,bahwa…”pada akhirnya kejahatan selalu terbongkar baik itu cepat atau lambat,sejak saat itu gue memutuskan untuk tidak…(melakukan kejahatan!?) bukan bukan,gue memutuskan,untuk tidak terburu-buru dalam mempersiapkan kejahatan-kejahatan selanjutnya BRUAHAHAHA (Yuli : “Kayanya disini elu deh yang iblis,Jie”)…”

0 komentar:

Posting Komentar