Kamis, 04 April 2013

Sometimes,Mini Are Dangerous







Begadang gini,gue jadi keinget masa-masa SD dulu pas gue masih berjaya,ya mungkin sedikit di bully,oke oke di bully semua.Karena terlahir dari keluarga yang (pura-pura) baik-baik,gue selalu mencoba menyelesaikan masalah tanpa adanya pertumpahan jus alpukat (kenapa juga harus jus alpukat!?).Tapi ya itulah kenyataannya,di setiap ada perselihan,gue lebih suka menyelesaikannya secara kekeluargaan,karena menurut gue,buang tenaga untuk hal yang seperti itu useless banget men,mendingan kita ikut yasinan di mesjid,udah dapet berkat,dapet sepatu croc pula.Oke sebelum semakin menjurus ke "ilmu cara nyolong sendal yang benar",gue akan sedikit menceritakan pengalaman gue pas dulu masih unyu-unyu nyah... *cuih*










Pernah denger atau mungkin mainin atau mungkin ngeliat yang namanya becak mini gak!? Ya,jadi dulu pas SD,selain gue ahli dalam malakin anak TK,gue juga punya pengalaman dengan mainan becak mini,seru banget men,itung-itung magang sebelum lanjut ke becak yang lebih expert.Jadi di komplek perumahan yang gue tinggal,di depan jalannya itu ada penyewaan becak mini,yang sejamnya kalo gak salah dua rebu perak,gue sampe bela-belain tiga hari gak makan cilok langganan,itupun gue masih harus patungan sama dua temen gue yang gilanya stadium akhir,si Agung sama Rezkar.

Setelah kurang lebih H+7 gue menginginkan untuk bisa menunggangi si becak ini,akhirnya kesampean juga,seolah-olah pikiran gue berkata "You are mine now,Becak! HUAHAHAHAHA!!!",kalo diibaratin tuh,kayak mereka yang hubungannya di gantung udah lama,eh akhirnya si doi udah punya pacar lain,terus bunuh diri,pake obat kumur,ternyata gagal,gak nyambung sih,tapi ya gitu lah pokoknya.




"Oke,kita gantian yah,dalam satu jam ini,karena ada tiga orang,berarti waktunya harus dibagi...",Agung memberikan sedikit pengarahan sebelum memulai perbecakan (apa ini!?).




"Berapa Gung!?",Rezkar langsung menyambut lamunan Agung,belakangan diketahui ternyata dia ketiduran dan akhirnya trompet sangkakala pun di bunyikan,alam semesta hancur beserta isinya kami gak jadi naik becak mini,Tamat...Gak gak,gue ngawur.




"Udah gini aja",gue angkat bicara.




"Lu res,30 menit,Agung dua puluh lima menitnya,nah lima menitnya lagi...kita istirahat,setuju gak?",




"GAK!!!",Agung dan Rezkar koor,beserta Erwin Gutawa Percussion.




Setelah akhirnya pembagian waktu sebagai driver selesai,Agung mendapat giliran pertama,Rezkar kedua dan gue yang terakhir,alias durasi terlama atas konsekuensi waktu yang gue ajukan.




Agung pun memulai program kerja lapangannya dengan berkeliling di dua gang saja,itu gak fair banget men,gak seru.Selanjutnya Rezkar melanjutkan dengan menambah satu gang setelahnya,lumayan sih,tapi tetep menurut gue kurang menantang,mereka gak bakat jadi master becak,saatnya sang ahli turun.Tapi entah kenapa,waktu seakan berjalan cepat pada saat giliran mereka,dan giliran gue pun tiba.




"Kali ini,biar gue tunjukkin seperti apa jadinya tukang becak professional",Entah kenapa pada saat itu gue merasa seperti sedang berada di film James Bond,adegan dimana si James Bondnya sedang melakukan hubungan intim dengan....ini kenapa jadi ngelantur kesini,ya!?




Kembali ke jalanan...




Becak pun gue kayuh dengan semangatnya dan berharap setelah gue berlatih ini,gue bisa menulis buku "how to be a pedicab driver in five second!",tapi gue urungkan,karena ngapain juga orang beli buku,kalo ujung-ujungnya jadi tukang becak!?




Ditengah lamunan gue tentang kesuksesan gue sebagai manager FBI (Federation "Becak" International) <-*maksain*,Agung menghentikan lamunan gue,




"Cal,gak salah lu ini ngebut banget!",




"Eh!? Engg..enggak udeh,aman pasti",jawab gue meragukan.




Tapi perasaan senang gue akan kesuksesan sebagai tukang becak terhentikan,setelah gue mendengar teriakan "Oh Yess..Oh No...",eeeh itu...bukan bukan,Agung langsung teriak

"Cal! Rem Cal!!! REM!!!!",




Awalnya gue gak peduli tetapi mendadak ketidakpedulian gue itu berubah drastis menjadi kepanikan yang membabi buta,karena di depan gue ada mobil yang di parkir,gue takut kalo nanti gue nabrak mobil gak berdosa itu,gue bisa-bisa di balas di akhirat.




"Ini udah gue pencet rem,bloong!!!".jawab gue panik (banget).




Agung pun penasaran dan menoleh ke belakang...




"ITU JOK,BEGOOO!!!",




"AAAARRGGGH!!!",teriak kami bertiga,dan Rezkar baru sadar setelah kakinya kejepit diantara becak sama bumper mobil bagian depan.




Secepat itu juga,seorang bapak-bapak yang tadinya asik nongkrong dan ngobrol dengan para manula lainnya langsung berlari ke arah kami...akhirnya kami tertolong,padahal emang gak apa-apa sih.




"Aduuuh,ini mobil saya jadi lecet ini!,duh duh duh!!!",bentak si bapak tersebut yang gue pikir awalnya mau nolongin.




Dia masuk ke dalam rumah,dan berbagai pikiran negatif mengelilingi kepala gue,gimana kalo nanti dia mau bawa pasungan dan pala kita di pancung satu satu,gimana kalo nanti dia mau ngambil gergaji dan memutilasi kami,gimana kalo nanti dia mau ngejodohin anaknya ke gue,yang ini jelas gak mungkin,tapi tetap,gak mengurangi rasa cemas gue yang mengalahkan rasa sakit di kaki,dan hati.




Si bapak itu pun keluar rumah lagi dan sambil mengintrogasi gue,nama,alamat,nama orang tua,zodiak,hobi,nggak sampe kesitu sih,ya intinya dia pengen tau aja siapa yang nanti akan bertanggung jawab dengan ini semua,tapi gue gak jawab semuanya secara jujur,if you know what i mean...




Sejak saat itu,gue memutuskan...becak mini berbahaya,khususnya buat tiga anak yang terlanjur gila,tapi ada sisi positifnya,mungkin nanti bila saatnya tiba,gue akan menggunakan becak mini tanpa rem ini untuk menabrak pacar barunya mantan,HUAHAHAHAHAHA!!! *you are so sick,bro*

0 komentar:

Posting Komentar