Anak-anak emang mahluk yang bisa dibilang lucu,menyenangkan dan menjadi pewarna di kehidupan kita ini.Itu semua tidak lain dan tidak bukan disebabkan karena kepolosan mereka,ya,polos sama seperti gue (baca : dongo).Tapi di samping itu ada juga beberapa dari mereka yang mendapatkan gift dari Tuhan,ada yang dari kecil udah bisa ngeramal,ada yang dari kecil udah jenius banget dan ada pula yang dari kecil jomblo,ya,itu gue lagi.
Tapi di samping itu,ada diantara mereka yang dari kecil berbakat memancing,memancing keributan dengan orang dewasa,memang sebenernya hal itu wajar karena mereka belum atau kurang mengerti tentang sopan santun di dunia yang sesungguhnya.Hidup itu keras men,kita harus menjadi kuat yang sekuat-kuatnya kalo mau survive,sekuat hape cina yang tahan banting meskipun udah jatuh berkali-kali.Kembali lagi ke anak-anak,emang sih mereka itu terkadang lucu,tapi ada yang nyebelin,dan lebih nyebelin lagi,semakin di diemin semakin ngelunjak.
Kaya waktu itu gue pernah main kerumah salah satu gebetan gue,Laras namanya
(ada juga yah gebetan yang mau sama gue,maksudnya apa ini?).Jadi waktu itu gue dateng kerumahnya,dengan tampan dan pake parfum sewangi-wanginya,kira-kira dua ember.Gue dateng dan sampe ke depan rumahnya,pengen mencet tombol masuk,di rumahnya gak punya,jadi gue berniat masuk ke rumahnya dengan cara yang romantis,gue dateng...
"Assalamualaikum,misi...",langsung ngumpet di balik pohon palem depan rumahnya.
Gue ngeliat pintu rumah dibuka,terdengar suara seperti sedang membuka pintu pagar,gue langsung bersiap-siap ngagetin (apanya yang romantis?).Jadi gini rencananya :
Begitu pintu pagar di buka,gue langsung berniat ngagetin dia dan ngegetok kepalanya pake batu kali,jadi nanti pasti dia pingsan,dan langsung gue gendong masuk ke dalam,romantis bukan!? (itu sih anarkis,bego!!!).Tapi gue urungkan setelah gue liat ternyata yang ngebuka pager anak kecil ya kira-kira berumuran lima tahun.Wah pasti dia adiknya si doi,nah ini kesempatan gue buat cari muka sama adiknya,karena biasanya,apabila kita sukses dalam menjadi babysitter si adik dari doi kita,maka untuk menjadi 'babysitter' untuk si doi pun mudah (don't thinking about jerk thing,okay?).Jadi gue memutuskan buat main sebentar dengan adiknya,dan lagi sorry gue bukan pedofil kaya si "babe",jadi jangan mikir aneh-aneh.Gue deketin dia,dengan tampang yang sedikit di imut-imutin,meskipun di bayangan gue sendiri itu najis.
Gue deketin dia...
"Adeee..siapa namanya?" sambil sedikit membungkuk dan tersenyum imut.
"Aisa om..",
"Hah!? Jangan panggil om yah Aisa,panggil kakak aja,kak Adjie",balas gue dengan sedikit protes,tapi yaa namanya juga anak kecil,wajarlah.
"Tapi tingginya sama kayak om Apri",jawab dia polos.(Duh nih anak,gue aja gak tau siapa si Om Apri ini).
" kakak aja ya kakak,biarpun sama tingginya tapi umur kakak masih muda",lagi-lagi (sabar Jie,ini cobaan pertama kalo mau jadian sama si doi).
"Yaudah deh,om",
Seandainya di sekitar situ ada lautan dan hiu putih sepanjang lima meter di dalamnya,gue lempar nih anak (Eits!,ini calon adik ipar lu man).
"Oh iya Aisa umurnya berapa?",tanya gue mencoba mengalihkan pembicaraan,sekaligus menahan emosi gue yang semakin berlanjut yang bisa mengakibatkan gue mengunyah pagar besi.
"Gak dijual om",
*PRANG!* (efek suara gelas pecah ceritanya)
Oke Aisa,you piss me off! ,setelah itu untungnya si Laras keluar,now you save,Aisa! (kamera zoom out).
"Eh Adjie,udah lama disini?",
Kalo yang dia maksud udah lama gila disini,jawabannya ya,
"nggak kok,abis main ini sama Aisa,ya kan Aisa?",memberikan senyum palsu yang basi abis.
"Tadi om ini nanya-nanya umur aku kak,terus mau ngomel ke aku",
"Heh!? nggak kok Ras,tadi niatnya gue mau ngetes adik lu,dia pemberani loh,mungkin bisa lu ajuin buat ikut The Warriors",
kata-kata yang barusan gak benar-benar gue ucapkan,kalo nekat gue ngomong,bisa-bisa end disitu deh,kan gak seru kisah gue yang nantinya berjudul,'Cintaku bersemi di depan pagar'.
"Oh yaudah yuk masuk ke dalem aja",
Nah,calon pacar yang pengertian,telah menyelamatkan gue dari iblis kecil tak bertanduk ini.
Di dalam kami pun ngobrol banget seru,soal biasalah masalah anak muda yang saling cinta,ngomonginnya hal normal,kayak misalkan,"kamu creambath dimana cucok deh rambut dese?","besok pedicure yuk cyiiin"...tunggu-tunggu,kenapa mendadak gue jadi seperti banci salon gini.
"bentar ya Jie,aku mau ke dapur dulu,lagi masak air",
"Oh kamu lagi nonton acara yang di antv itu ya?",entah kenapa Laras langsung menatap gue dengan sinis.
Lagi bengong-bengongnya gue,datang lagi si malaikat kecil,ya malaikat pencabut kesenangan,Aisa.
"Om,om suka ya sama kak Laras",
"Aisa,Aisa,kakak bukan om-om,ngerti!","Iya kakak suka sama kak Laras...jadi tolong bantuin kakak biar gak malu-maluin di depan dia,bisa!",Tambah gue,meskipun terdengar sedikit kasar,tapi seseorang harus mengajarkan gadis berumur lima tahun polos ini sebuah realita hidup tentang tatakrama,ya dan itu gue,meskipun gue gak tau apa yang gue ajarin ke dia.
Gak tau kenapa,si Aisa langsung nangis gitu aja.Laras yang sejak lima menit yang lalu di dapur pun langsung berlari ke ruang tamu dengan kepanikan yang agak lebay menurut gue.
"Yaampuuun Aisa,kamu kenapa nangis dek?!!",
"Ini kak,tadi om ini ngebentak-bentak aku",Jawab si Aisa yang sekejap membuat gue agak gak terima sebenernya.
"Eh,tunggu dulu Ras,ini gak kaya yang kenyataannya kok,tadi maksud aku cuma..."
"Jie,tolong ya hargain keluarga aku,biar bagaimanapun juga Aisa itu adikku,kalo kamu gak bisa menghargai dia,kamu juga jangan-jangan gak bisa menghargai keluargaku lainnya",
"Ras,tapi...",
"Jie...",terlihat raut wajah yang gelap di wajah Laras,seakan hujan dan angin badai mengelilingi kepalanya.
Saat itu gue mengerti,gak ada gunanya berdebat dengan perempuan,dan lagian juga,itu bukan prinsip gue.
"Oke aku ngerti Ras...aku pamit dulu ya,makasih,maaf soal ini,tapi aku bener-bener gak ada maksud untuk gak ngehargain keluarga kamu,apalagi papa kamu,gak mungkin aku gak menghargai dia dengan kumisnya yang seperti sirkuit balapan Formula 1",ujar gue setelah melihat foto keluarga terpampang jelas di ruang tamu,dengan wajah bokapnya Laras dan kumis "sirkuit"nya.
Tanpa mengindahkan sikap Laras,gue langsung berjalan keluar.
"Tapi Laras...",
"...Iya?",
Heran.
"Hmm..aku...",
"Kenapa??",
"..sekarang aku sebenernya...",
"bilang aja Jie,nggak apa-apa kok",
"Aku sebenernya,lupa pintu keluarnya tadi kemana,tadi kan abis dari kiri terus turun lewat tangga naik lift lagi apa nggak sih,apa di depan ada tukang ojeknya,tadi lupa banget aku ngebla...",
*PLAAAANG!! Laras pun mukul pala gue pake gagang penggorengan.
(NB : Dialog diatas hanyalah rekayasa,tetapi kenyataannya emang rumah Laras tuh ribet banget di dalamnya,maklum,orang punya men,gue sampe masuk ke kamar pembantu waktu itu,gara-gara nyasar loh ya bukan hal yang lain,ya meskipun ada niatan sedikit).
Sejak saat itu,Laras udah gak pernah ngehubungin gue lagi,nge-bbm gue lagi dan sms gue lagi ke nomor yang sama,karena waktu itu SIM card gue ilang.Tapi,diawal,pemikiran gue sempat merasakan sebuah ketidakadilan,ya bayangkan saja,apa yang gue lakuin ke Aisa,bukan semata-mata karena gue berniat buruk,oke mungkin ada sedikit,tapi itu niat gue sebenernya cuma mau ngajarin dia tentang tatakrama.
Tapi itulah manusia,nggak pernah mau bisa terima kenyataan tentang kekalahan dan kesalahan yang menimpa dirinya,termasuk gue,karena kebetulan seminggu yang lalu gue udah di diklat (resmikan) jadi manusia seutuhnya.Hal yang akan gue ambil dari pelajaran ini,jangan pernah macam-macam dengan anak kecil,karena mereka kelak yang akan meneruskan perjuangan kita dimasa sekarang,apapun tindakan bodoh mereka,hargailah itu,bukankah kita melakukan hal yang sama ketika masih seumuran mereka!?
Follow @adjizkard
Senin, 11 Februari 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar