Senin, 09 Juni 2014

Survive? Depend On Your Choices


"Pak, absen bapak di mata kuliah ini udah empat loh! Sekali lagi gak lulus!"

*PLAK!*

Sebuah suara antara pergesekan telapak tangan dan penampang pada pipi. Seperti yang kita tahu dalam ilmu fisika, atau lebih baik lagi, gue bakal sedikit share tentang salah satu ilmu fisika. Besarnya frekuensi bunyi yang dihasilkan akibat pergesekan, berbanding lurus dengan luas penampang. Dikarenakan pipi Udin cukup tembem, jadi volume yang dihasilkan sekitar dua ratus ribu Mega Hertz. Lebay? Banget.



Tapi menurut gue, kelebayan itu semua sebanding dengan tingkat kekesalan Udin, karena Pak Jajang, salah satu dosen di kampusnya yang mengajarkan mata kuliah "How To Solve Deadline In Five Minutes?! Death", mata kuliah yang pertama kali di adakan di dunia, ini juga berdasarkan observasi gue dengan beberapa profesor di Zimbabwe mengingat tingginya tingkat kematian anak muda di Indonesia yang galau, mulai dari pacar yang ngebetein, nilai yang ngegemesin, bisa juga karena otak sama hati yang kurang vitamin.

Gue mengalami sih kasus yang dialami sama si Udin ini. Gimana nggak, dari empat belas kali pertemuan yang harusnya di dapatkan mahasiswa dalam satu semester, si Pak Jajang ini miss pertemuan empat kali. Iya, empat kali. Kalo diibaratin, lo udah empat kali beli tiket bioskop dengan judul film yang sama, tapi mantan-calon-gebetan lebih memilih jalan sama mantan-pacar-pas-masih-ingusan. Kesel kan?! Iya kesel.

Nyambungin sama postingan gue yang lalu, soal titik jenuh pikiran yang suatu saat atau mungkin dateng di tengah-tengah semester, kayak yang gue alamin, cek cerita yang sebelumnya biar lebih yakin! :)

Kayak yang pernah disinggung di sebuah peribahasa, "Dosenmu Harimaumu", ("Mulutmu woy!!! MULUTMU!!!) Nah jadi, kuliah itu, beda jauh banget sama jaman kita sekolah. Kalo kita sekolah, semuanya bergantung sama kemampuan individu si siswa, dari yang jago futsalan, lompat-lompatan, sampe yang sering ingusan, semuanya pasti punya plus minus masing-masing dan masih bisa lulus walaupun dia gak terkategorikan sebagai anak gaul di sekolah. Tau kan, kategori anak gaul di sekolah, yang poninya kayak gordin warteg, terus pake bajunya sengaja di beage biar terkesan cungkring dan kurusan gitu, dan terakhir sekaligus yang paling mutakhir, iya, mutakhir untuk membuat otak gue lost-connection, yaitu gaya jalan mereka yang seolah-olah sempoyongan kayak orang mabok gitu deh, gue gak tau apa yang ada di pikiran mereka, mungkin menurut mereka baygon itu the best of the best minuman oplosan, jadi efek dari minum baygon pun menjadi trend.

Mari kita skip soal anak gaul, sekarang kita kembali membahas tentang dosen. Hmmm... Seperti yang udah sering gue singgung, "Sesungguhnya masa depan mahasiswa ialah ada di tangan dosen mata kuliah masing-masing", jadi saran gue yang tahun ini punya rencana kuliah, pertebal kesabaran kalian sebelum nanti akhirnya hilang dan kalian menjadi tidak sadar sama sekali, gelap mata. Kalo diibaratkan itu, kayak mantan yang ditinggal terus mantannya lagi punya gebetan terus mereka ngajak ketemuan, terus mereka.. Ah sudahlah, gue udah gelap mata buat ngelanjutin cerita.

Tapi gini, sistem di setiap kampus beda-beda kok, ada yang pada saat mengisi KRS (Kartu Rencana Studi) diperlihatkan nama dosennya, ada juga yang nggak, dan untungnya, dikampus gue sekarang udah diganti sistemnya, bukan nama yang ditampilkan, melainkan hanya sebuah kode (anak yang sering galau pasti paham banget soal kode-mengkode semacam ini). Bukan bukan, bukan kode seperti "Duh enaknya dingin-dingin gini makan yang anget nih!" Hashtag kode~ Tapi semacam serial number gitu deh. Kalo udah gini, kalian harus mencari tahu sendiri entah dari si dosen, ataupun shortcut lainnya. Dan orang yang paling bisa dimintain bantuan soal ini adalah orang yang udah lebih dahulu mengalami pengalaman yang akan kita alami, Senior.

Pilih-pilihlah dalam menentukan pembimbing, dosen? Beside that, senior juga calon pembimbing kalian. Pastikan kalian tidak hanya mengenal mereka dari luar, tapi kedalem-dalem, gak perlu sampe detail, tapi ya tetep, first sight itu menentukan. Dan ingat! Setiap senior pasti memiliki hal dan kelebihan masing-masing, berusaha buat dapetin itu dari mereka, bukan memanfaatkan, tapi berniat menirukan. Dimana ada udang, disana ada batu, selain kelebihan, pastinya ada kekurangan, maklumin juga lah setiap kekurangan mereka, gak mungkin juga mereka ahli dalam segala hal kan. So, don't judge your seniors by their appearances.

In Conclusion, cuma mengingatkan sebelum tahun ajaran baru dan penerimaan mahasiswa baru, ini bekel aja kalo suatu saat kalian ngerasa down dan seakan gak ada artinya kuliah. Selain harus mikirin betapa besar upaya yang coba dikeluarkan orang tua kalian buat mengkuliahkan kalian, sukur sukur dapet beasiswa. Pikirin juga betapa bahagianya nanti kalian kalo udah survive dari semua perjuangan itu kan. Last but not least, "Welcome To The Campus World, Friends!" :))

3 komentar:

  1. Bener banget ini. Jadi inget dosen PPN gue yang sepinter atau sebodoh apa pun kita, nilai di Kartu Hasil Studi pasti C. =(

    BalasHapus
  2. survive itu butuh pengorbanan ya. kalo udah milih berarti harus jalani sampai selesai. itu prinsip. biar tenaga, waktu dan uang yang udah dikeluarin ga sia-sia.

    BalasHapus