Kamis, 12 Juni 2014

A Day Without "Technology"

Masih inget atau mungkin pernah tau tentang kutipan Einstein soal teknologi? Iya, beliau bilang gini...



Doi bilang, dia takut suatu saat teknologi yang seharusnya membantu manusia dalam mencapai segala macam kemudahan, malah justru bakalan mencelakakan spesies itu sendiri. Udah kerasa efeknya sekarang? Almost.

Coba deh di itung-itung keseharian kita sekarang semenjak mengenal yang namanya aplikasi, gadget, internet, Wi-Fi dan teman-temannya. Berapa persen dari dua puluh empat jam dalam sehari yang kita habiskan untuk menekan-nekan tombol atau menyentuh layar dari gadget kita, banyak? Banget.



Nah, disamping efeknya yang mempermudah kita menemukan teman di berbagai belahan dunia, mencari informasi akan hal-hal yang kita perlu hanya dalam hitungan detik, sisi  negatifnya juga ada. Gue bicara tentang kehidupan pribadi dulu. Mereka, "Class Of '90" pasti ngerasain gimana hampanya hari libur tanpa ada acara main kejar-kejaran, kelereng, petak umpet, taplak gunung, taplak meja, taplak warteg apapun lah itu namanya. Bahkan sampe ngebela-belain keluar rumah lewat jendela, hanya untuk bisa main bola sambil ujan-ujanan di jalan. Sekarang udah pasti jarang kita temukan kalo nggak main ke daerah-daerah pinggiran.

Mostly, anak-anak dibawah umur sepuluh tahun sekarang lebih memilih main ke rental Playstation dan Warung Internet, daripada harus panas-panasan main bola dan ngejar layangan. Dan itu juga gak bisa kita limpahkan dan keep blaming on them, zaman berkembang teknologi juga.

Ini yang mungkin akan di takutkan opa Einstein, kalo dari masa kanak-kanak udah akrab sama gadget, gimana kelak dewasa?

Tapi menurut gue, permasalahan terbesar selain itu adalah... *jeng* *jeng* *jeng*... Social Media!

Seru, asik, ngebantu banget. Apalagi buat mereka yang gak punya cewek buat diajak jalan pas malem minggu, kan bisa nge-stalk TL gebetan pelan-pelan, sakit hati? Udah biasa, paling endingnya ngabisin tisu kamar mandi sama sabun...Hmmm.. buat cuci tangan maksudnya, karena air mata itu gak steril, jadi di sterilisasi dengan sabun (Oke, accepted).

Skip tentang pengantarnya (Anjrit! Segelintir paragraf diatas lo sebut pengantar?)

Disini, gue mencoba melakukan survey by myself, "A Day Without Technology"

"Technology" yang gue maksud disini bukan berarti gue pengen hidup menyendiri di rawa-rawa, terus selfie sama kera. Maksudnya adalah, media sosial dan terutama internet. Untungnya survey gue kali ini kebantu sama paket internet gue yang abis, jadi sengaja gak gue isi (Padahal emang lagi kritis).

Sehari tanpa teknologi ini maksudnya, dalam sehari atau satu kali dua puluh empat jam, gue gak akan menyentuh gadget yang gak terlalu diperlukan keberadaannya. Hasilnya? Lumayan sukses, tiga deadline tugas kuliah gue kelar dalam sehari!

Dalam survey kali ini, gue juga sukses keliling komplek sekitar pas sore sore, lumayan, banyak perubahan yang baru gue tau semenjak terakhir gue keluar rumah, ya sekitar tiga dasawarsa yang lalu lah. Mulai dari kemacetan yang bertambah, Pak RT yang berubah jadi agak ramah, sampe nyokap gue yang sekarang udah jadi pelatih qasidah, dan informasi itu seharusnya bisa gue dapatkan sekitar dua tahun yang lalu, parah banget   kan? Iya, pake "z" parah bangetz!

Tapi jangan mentang-mentang ninggalin hal yang modern itu gampang, walaupun cuma sehari. Karena prinsip gue adalah Back To '20, kembali ke abad dua ribu, dimana satu-satunya hiburan yang bisa kita temukan di TV cuma pas hari minggu? Gue juga kesulitan nemuin acara hiburan di TV, banyak yang kurang menarik dan mendidik #IMHO. Jadi ya itu tadi, nge-bolang perumahan gue masukan ke dalam daftar hiburan.

Dan, tantangan tersulit ialah... Komunikasi!
Handphone, Tablet, Laptop, Pejer dan lain-lain harus gue hindarin. Semua aplikasi gue off-in, cuma terima panggilan telepon, itu juga dengan tujuan tertentu. Jadi ya banyak informasi yang miss. Untungnya banyak yang gak terlalu penting selain sms dari kemkominfo dan operator. Untungnya gue udah mengantisipasi dengan menanyakan segala macam informasi yang gue butuhkan di hari sebelumnya. Sedia payung sebelum terjun, begitulah gerangan sebuah pribahasa yang gue terapkan.

Terakhir tapi bukan akhir, maksudnya gue melakukan survey kayak gini, selain mau mengingat masa kecil bahagia tanpa dunia maya, tapi juga cuma mau bilang sebagai orang awam, bahwa gak selamanya segala hal yang harus kita lakukan di kerjakan oleh teknologi, sepanjang itu bisa dikerjakan sendiri, why not? Ingat bisa karena terbiasa kan? bayangin kalo kita terlalu sering minta bantuan sama mbah Google, terus copy paste, dan gak mau baca sama sekali, seumur hidup kita pasti bergantung sama do'i (Baca : Google). Ngeri banget, yang ada malah kita cuma jadi orang yang lumpuh keahlian. Hiii...!

0 komentar:

Posting Komentar