Biasanya gue selalu ngebahas hal yang berhubungan dengan kehidupan pribadi gue, ya, tapi kali ini gue akan membahas tentang sesuatu yang termasuk kedalam kehidupan pribadi gue (Lah, apa bedanya!?). Semua bermula ketika gue berangkat ke kampus pas hari pertama masuk semester baru. Oh iya, FYI ini udah tahun kedua gue kuliah, which is mean udah empat semester, iya empat semester. Dan Alhamdulillah gak ada "utang" sama sekali di semester-semester sebelumnya, fiuuh.. *ngelap keringet, keringet Nabilah JKT48*.
Dan gue juga berharap di sisa semester kedepannya bisa berlangsung sama seperti yang udah udah, meskipun di semester kedua gue sempet kacau, tapi udahlah itu masa lalu, jadiin pelajaran, jangan terlalu dihayati. Oke itu sedikit aja info tentang perkuliiahan gue, tapi sebenernya postingan kali ini gak ada hubungannya sama akademik, gue cuma mau ngebahas perjalanan pulang sama berangkat kuliah (kebalik!? biarin, suka-suka).
Setelah di dera libur semester selama satu bulan lebih sebulan, rasanya beda banget pas mulai melakukan rutinitas yang sebenernya dulu udah jadi kebiasaan. Karena rutinitas gue selama liburan cuma ngabisin uang jajan, tidur beneran, dan ngorek-ngorek selokan.
Melakukan perjalanan yang agak jauh (baca: ngampus) merupakan hal yang terkesan agak baru lagi. Tapi gak seperti sebelum gue liburan, perjalanan gue ke kampus kali ini agak sedikit berbeda, biasanya gue kalo berangkat jam setengah enam, iya SETENGAH ENAM! Pasti bakalan sampe kampus dalam empat puluh lima hingga enam puluh menit kemudian. Pagi ini beda, gue berangkat setengah enam, dan tebak jam berapa gue sampe!? Yep, setengah delapan kurang lima menit, almost late, so much win sih tapi.
Hal itu tidak lain dan tidak bukan dikarenakan jalanan yang semakin macet, gue jadi kebayang perkataan mentor gue Alitt Susanto yang bilang mungkin nanti tahun 2020an, jangankan kejalan raya, lu baru ngebuka pintu pager rumah aja jalanan udah macet. Ya, mungkin hal ini yang harusnya menjadi banyak pertimbangan oleh generasi-generasi muda, tampan dan jomblo seperti kita.
Tapi ya emang juga sih, kualitas kendaraan umum kita gak se-elit angkot luar negeri sebut saja Singapura misalnya, jadi ya kita lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi sebagai transportasi utama. Fleksibel, cepet, dan terjangkau. Kalimat terakhir gue barusan mungkin bisa dijadikan pertimbangan oleh banyak pemerintah pusat dan kota khususnya. IMHO, Tangerang juga perlu kendaraan khusus macam busway atau mungkin MRT di Jakarta sana,yang sertifikasi pengemudi sama asistennya jelas, gak kaya Tangerang. Mungkin prinsip supir angkot Tangerang itu ,"everywhere is shelter".
(Macet doang, kan lu bisa berangkat lebih pagi lagi, Jie!)
Ya, mungkin permasalahan pertama bisa selesai kalo gue berangkat lebih dini lagi, ba'da isya misalnya. Tapi bukan cuma itu permasalahan yang gue temukan pagi ini. Jalan, bukan bukan, maksud gue bukan jalan menemukan kesejahteraan. Tapi jalanan yang bermasalah, apalagi kalo bukan lubang, bopak, bocel, bopleng apalah itu namanya.
Biasanya gue selalu menghapal lubang, lubang di setiap jalan yang rutin gue lewatin, maklum, rider kan fleksibel. Kali ini berbeda, semakin hari semakin banyak aja lubang di jalan yang gue lewatin, gak beda jauh sama hati jomblo yang setiap harinya di-php-in. Gue bisa paham lah kalo itu masih bukan termasuk jalanan perkotaan, tapi sebagian jalanan perkotaanpun, mengandung lubang-lubang tidak nikmat itu (if you know what I mean).
Last, gue gak bermaksud buat berkomentar atau mengeluh tentang kurang baiknya pengelolaan transportasi dan akses jalan di Tangerang, i just want to share my thought in another way. Kali aja kedengeran atau tulisan ini sampe ke mereka yang ngurusin transportasi dan jalanan kan, kali aja~
Gak perlu terlalu fanatik dan anarkis lah kalo mau nyampein aspirasi, pembawaannya sambil marah-marah gitu, gimana pesan yang disampaikan mau diterima dengan lapang. Gunakanlah hak berpendapat kita dengan baik, intelek, dan yang terpenting, tepat sasaran. Pernah kan ngedenger demo-demo gitu, "Walikota payah!!!" "Walikota Tak Becus!!!" "Walikota jomblo!!!", oke yang terakhir anggep aja gak ada.
Maksud gue gini loh, rusaknya jalanan, kurang baiknya lingkungan, pasti salah mereka yang mengelola, apa cuma pemerintah yang mengelola!? Gak, tapi kita semua, gue selalu bermimpi dan membayangkan seandainya rakyat Indonesia ini, bisa sadar pentingnya keberadaan sekitar mereka. Gak usah yang terlalu rumit, membiasakan buang sampah pada tempatnya aja udah keren. So folks, bukan gak mungkin Indonesia bisa jadi negara maju dalam beberapa tahun kedepan kalo ktta mulai dari sekarang. "Gak perlu melakukan yang spesial, cukup melakukan sedikit kebaikan yang dirutinkan", itu aja udah Awesome banget kok!
Ps : Gue cuma bermaksud menyampaikan kepedulian pibadi sama kota yang udah banyak menyimpan kenangan kehidupan gue, meskipun bukan tempat lahir :)
Senin, 03 Maret 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar